I.
Pola Perkawinan Ternak Kambing
Dalam usaha peternakan kambing
terutama untuk pembibitan (breeding) pola perkawinan yang baik akan sangat
menentukan keberhasilan usaha, untuk itu sebelum memulai usaha pembibitan kambing
alangkah baiknya menetahui terlebih dahulu pola perkawinan ternak kambing. Pola
perkawinan dalam reproduksi kambing dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu pola perkawinan individu dan pola perkawinan kelompok.
a.
Pola Pekawinan Individu
Pada Pola perkawinan individu maka
seekor betina dikawinkan satu persatu dengan pejantan yang
telah ditetapkan sebagi pemacek, dalam pola ini pengamatan peternak terhadap
batina harus cermat agar perkawinan terjadi pada saat yang tepat sehingga dapat
terjadi kebuntingan.
Tingkat keberhasilan dalam
perkawinan individual sangat dipengaruh oleh keterampilan peternak dalam
medeteksi birahi pada kambing betina (induk), sehingga perlu pengamatan rutin
pada pagi dan sore hari.
Biasanya seekor pejantan dibiarkan
melakukan perkawinan sedikitnya dua kali dengan selang waktu + 30 menit,
perkawinan yang baik (coitus) ditandai dengan gerakan induk ang menekan ekor
dan tubuh bagian belakang kebawah dengan kuat kira – kira 20 detik.
b.
Pola Perkawinan Kelompok
Pada pola perkawinan ini pejantan
terpilih dicampur dengan beberapa betina selama kurun waktu tertentu sampai
induk mengalami kebuntingan, disarankan seekor pejantan dicampur dengan betina
selama dua siklus birahi (42 – 45 hari ) dengan alasan bila pada siklus birahi
pertama tidak terjadi perkawinan maka pa birahi yang ke dua diharapkan
perkawinan tidak terlewatkan, sehingga kepastian kebuntingan lebih terjamin.
Pada pola ini jarak melahirkan
antara individu induk lebih pendek, sehingga waktu melahirkan hampir seragam.
Setelah betina dipastikan bunting disarankan pejantan agar dikeluarkan dari
kandang kelompok, karena jika terus dicampur maka pejantan akan mengalami
penurunan libido (agresivitas) terhadap betina yang esterus. Jika pejantan
dalam kondisi sangat baik maka rasio pejantan/induk bias mencapai 1/20 – 30,
pada pola perkawinan kelompok deteksi birahi oleh pejantan jarang terlewatkan,
akan tetapi deteksi birahi oleh peternak juga penting untuk manajemen
perkawinan yaitu untuk memprediksi kelahiran sehingga manajemen yang terkait
dengan masa kebuntingan, persiapan kelahiran dapat dikelola dengan terencana
dan baik.
II.
Membuat Kalender Kawin
Kalender kawin adalah catatan
penanggalan yang berguna untuk menentukan waktu perkawinan, perkiraan hari
lahir, waktu perkawinan setelah melahirkan dan waktu penyapihan penyapihan.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat kalender kawin adalah perkawinan induk
muda, masa esterus (birahi), lama kebuntingan,dan waktu penyapihan.
a. Siklus Esterus
Pada
hewan betina yang dewasa seksual dikenal adanya siklus reproduksi. Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang
terdapat pada individu betina dewasa seksual dan
tidak bunting yang meliputi perubahan-perubahan
siklik pada organ-organ reproduksi tertentu misalnya
ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon reproduksi. Siklus reproduksi meliputi antara lain
siklus esterus, siklus ovarium, dan siklus menstruasi. Dalam bahan ajar ini hanya dibahas tentang siklus
esterus.
Pada
kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan menerima hewan-hewan jantan terbatas selama masa
yang disebut estrus atau berahi. Selama estrus, hewan-hewan
betina secara fisiologis dan psikologis
dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan,
dan perubahan-perubahan struktural terjadi di dalam organ assesori seks betina. Hewan-hewan monoestrus
menyelesaikan satu siklus estrus setiap
tahun, sedangkan hewan-hewan poliestrus menyelesaikan dua atau lebih
siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu dengan kebuntingan.
Demikian juga dengan kambing betina
hanya mau menerima pejantan jika dalam masa esterus atau birahi. Masa birahi
adalah Periode dimana secara psikologis dan fisiologis hewan
betina bersedia menerima pejantan. Ketika
berahi, seekor betina berada pada status psikologis yang
berbeda secara jelas dibandingkan dengan sisa periode di
luar berahi di dalam siklus. Pejantan
biasanya tidak menunjukkan perhatian seksual pada betina di luar masa berahi, dan bila pejantan akan mengawininya,
maka akan ditolak.
Bila
terjadi perkawinan diluar masa birahi maka tidak akan terjadi kebuntingan, oleh
karena itu waktu perkawinan yang tepat akan menentukan terjadinya kebuntingan.
Pada kambing betina masa birahi berlangsung
selama 12-48 jam, sangat bervariasi antar
induk. Ovulasi (pelepasan sel telur) terjadi 12-36 jam setelah birahi muncul, dan saat kawin paling tepat adalah setelah
ovulasi berlangsung. Oleh karena itu,
pada sistem perkawinan yang dilakukan secara terkontrol yaitu
setiap individu induk telah diprogramkan atau ditetapkan
untk dikawinkan dengan pejantan terseseleksi tertentu, maka apabila pada seekor induk birahi muncul pada
pagi hari sebaiknya induk dikawinkan pada sore harinya, atau bila birahi
timbul pada sore hari induk sebaiknya
dikawinkan pada keesokan paginya. Pada
sistem perkawinan kelompok dimana pejantan disatukan dalam kelompok betina, perkawinan dapat terjadi setiap
saat, terutama 12-15 jam setelah tanda birahi muncul (setelah ovulasi). Perlu
diingat bahwa masa hidup sel telur berkisar antara
12-24 jam, sedangkan masa hidup sperma
didalam saluran reproduksi induk antara 24-48 jam. Oleh karena itu, terdapat waktu yang cukup panjang agar
pembuahan sel telur oleh sperma dapat berlangsung
dengan baik. Siklus birahi atau selang
waktu antara dua birahi pada induk kambing berlangsung selama
18-22 hari.
Banyak tanda-tanda dapat diamati yang
menunjukan timbulnya birahi pada seekor induk
kambing. Menjelang masa birahi (pro-estrus) ternak
lain sering mencoba menaiki induk, namun biasanya
induk menunjukan reaksi penolakan. Namun, bila telah memasuki periode estrus (birahi) reasksi nduk biasanya
tidak menolak, bila dinaiki oleh ternak lain dalam
kelompoknya. Induk juga biasanya mengeluarkan suara yang khas seolah kelaparan
atau kesakitan dan menggerakan ekor secara
konsisten. Pada kebanyak induk organ vulva
mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan. Beberapa induk sering mengeluarkan cairan dari vulva yang
awalnya bening, namun berubah menjadi
kental dan berwarna putih pada saat memasuki
masa akhir birahi. Frekuensi urinasi (mengeluarkan air seni) akan meningkat dan bermaksud untuk menarik
perhatian pejantan. Jika terdapat
induk yang dalam masa birahi, pejantan biasanya menunjukan ‘rekasi Flehmen’ yaitu gerakan dengan
menggulung/memutar kebelakng bibir
bagian atas sambil mengangkat kepala dan mendengus. Reaksi ini umum terjadi pada binatang berkuku sebagai respon terhadap aroma
khas yang berasal dari urin betina yang dalam masa birahi.
Pengamatan berulang/beberapa kali
dalam sehari perlu dilakukan oleh peternak untuk memastikan
apakah induk dalam masa birahi atau tidak.
Hal ini penting artinya untuk meningkatkan efisiensi reproduksi induk kambing. Jika terdapat induk atau
beberapa induk yang tidak menunjukan
gejala birahi yang jelas, maka dapat digunakan pejantan untuk memicu timbulnya birahi. Sebaiknya digunakan pejantan dewasa yang memiliki aroma khas. Umumnya, birahi
yang timbul pada seekor induk dalam
suatu kelompok setelah dicampur dengan pejantan akan memicu timbulnya birahi pada induk lain.
Gambar1. Betina yang sedang birahi menunjukan tanda
yang khas dan akan menarik perhatian
pejantan sehingga
memungkinkan perkawinan pada waktu yang tepat
b.
Perkawinan Induk Muda
Masa
produktif seekor induk dimulai saat terjadi perkawinan dengan pejantan yang subur. Penentuan umur kawin pada
induk muda sering menjadi pertimbangan dalam
pengelolaan induk. Namun, umur sebenarnya bukan satu-satunya faktor
utama yang menentukan saat kawin yang
optimal pada induk muda. Faktor lain yang sangat penting adalah bobot tubuh. Pada saat timbulnya birahi
pertama kali pada induk muda, induk
secara biologis sudah mau menerima pejantan. Oleh karena itu pada prinsipnya induk muda dapat dikawinkan
pada umur 7 bulan saat
tanda birahi pertama timbul. Namun sebaiknya perkawinan ditunda sampai induk mencapai bobot
tubuh tertentu. Direkomendasian bahwa saat yang paling baik untuk pertama kawin adalah
pada saat bobot tubuh mencapai 70-75% dari potensi bobot dewasa tubuhnya. Ada
pengalaman bahwa perkawinan pertama kali induk muda pada bobot tubuh dan umur
yang tidak optimal berpotensi memiliki jumlah anak perkelahiran yang tunggal selama masa produksinya.
Perkawinan pertama pada umur muda atau bobot
tidak optimal berpotensi menyebabkan induk
melahirkan anak dengan bobot tubuh yang rendah pula atau induk tidak pernah mampu mencapai potensi bobot tubuhnya.
Besaran bobot dewasa tubuh sangat
tergantung kepada ras atau bangsa
kambing. Oleh karena bobot tubuh berhubungan erat dengan umur, maka rekomendasi umur kawin
pertama juga tergantung kepada bangsa
kambing. Bangsa kambing dengan bobot tubuh besar, seperti kambing Boer biasanya dikawinkan pada umur yang lebih tua dibandingkan dengan bangsa kambing dengan ukuran
tubuh kecil, seperti kambing Kacang.
Pada kambing Boer misalnya, induk biasanya dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan atau lebih. Pada bangsa kambing
Kacang induk muda biasanya dikawinkan pada umur 8-9 bulan atau saat mencapai bobot tubuh sekitar 14-16 kg.
c. Masa Kebuntingan
Kebuntingan pada seekor induk dapat dianggap
terjadi apabila induk tidak menunjukan tanda
birahi kurang lebih 3 minggu setelah terjadi
perkawinan. Proses kebuntingan pada induk menimbulkan banyak perubahan fisiologis, sehingga setiap
cekaman dari luar harus dapat dicegah
semaksimal mungkin. Kepekaaan induk terhadap berbagai potensi cekaman ini semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia kebuntingan.. Masa bunting pada induk kambing sekitar 5 bulan
(146-1 55 hari), namun periode paling
kritis terjadi selam 6-8 minggu sebelum melahirkan, karena 80% pertumbuhan janin
terjadi dalam masa singkat tersebut. Oleh
karena itu, mengetahui saat terjadinya perkawinan menjadi sangat
penting dalam menduga umur kebuntingan seekor induk.
Walaupun mengetahui saat kawin, umur
kebuntingan dan prediksi waktu
melahirkan sangat strategis dalam mengelola usaha produksi kambing, namun hal tersebut sering tidak diperhatikan
oleh petetrnak. Beberapa tanda
kebuntingan tua dapat digunakan sebagai
alat bantu manajemen. Sebulan sebelum melahirkan induk kebuntingan jelas terlihat dengan membesarnya perut
sebelah secara
nyata, disertai pula dengan pembesaran ambing dan puting yang sangat jelas.
d. Perkawinan Setelah Melahirkan
Setelah induk melahirkan maka seekor
induk akan memasuki masa laktasi yang biasanya berlangsung sekitar 4 bulan
sampai anak dapat disapih. Pada masa ini induk juga mengalami masa esterus dan
dapat dikawinkan lagi. Perkawinan pertama induk setelah melahirkan adalah 1,5 –
2 bulan. Hal ini didasarkan waktu involusi uteri (kembalinya uterus ke bentuk
dan besar yang normal sebelum kebuntingan) selama 20 – 35 hari.Deteksi birahi
mulai dilakukan ketikan anak berumur 1 bulan. Karena pada birahi pertama
dikhawatirkan kondisi uterus belum optimal maka disarankan untuk perkawinan
dilakukan setelah muncul birahi kedua atau 45 – 50 hari pasca melahirkan. Jika
pada perkawinan ini terjadi kebuntingan dengan lama bunting 5 bulan maka
interval (jarak) bernaka bias 7 – 8 bulan, dengan demikian dalam 2 tahun seekor
induk dapat beranak 3 kali.
e. Kalender Kawin
Untuk
mengatur perkawinan, memperkirakan kelahiran, dan manejemen yang berkaitan
dengan produksi kita perlu membuat kalender perkawinan ternak kambing. Untuk
membuat kalender kawin kita perlu melakukan segala hal yang berhubungan dengan
perkawinan yaitu, tanggal kawin, tanggal beranak, tanggal esterus birahi.
Berikut contoh diagram rencana
perkawinan seekor kambing betina.
Gambar2 : Skema mengawinkan kambing
betina
Untuk dapat memperkirakan kelahiran,
menyusui dan dikawinkan lagi setelah melahirkan kita dapat menggunakan kelender
reroduksi yang dibuat oleh Soedito Adjisoedarmo dan Amsar (tahun 1983) sperti
gambar berikut.
Gambar3 : Kalender Reproduksi Ternak Kambing
Dari gambar diatas bagian tengah dapat
diputar untuk menunjukan tanggal perkawinan.Sebagai contoh jika pada tanggal 3
mei terjadi perkawinan (pemacekan), maka pada tanggal 20 mei dilakukan test pemacekan
lagi, jika betina esterus makan akan menerima pejantan, jika tidak menerima
pejantan kemungkinan besar terjadi kebuntingan setelah perkawinan pada tangga 3
mei. Dari tanggal 3 mei tersebut kita jadikan patokan sebagai tanggal kawin,
tinggal kita lihat perkiraan kelahiran yaitu antara akhir September s.d awal
oktober. Pada minggu ke 4 s.d minggu ke 9 deteksi birahi dilakukan dan dapat
dikawinkan bila terjadi birahi, pada bulan ke 3 setelah melahirkan anak dapat
mulai dilatih untuk disapih, sehingga pada akhir bulan ke empat anak kambing
(cempe) sudah benar benar disapih. Demikian
siklus tersebut berlangsung selama masa produktif induk kambing
File ini dapat anda download disini atau klik link berikut :
Mengelola Perkawinan Ternak Kambing
File ini dapat anda download disini atau klik link berikut :
11 komentar:
sip terimakasih sharing ilmunya,..
terimakasih...
sangat berguna sekali..
terimakasih...
sangat berguna sekali..
terimakasih...
sangat berguna sekali..
terimakasih ilmunya
sipp, sangat lengkap
sip terimakasih sharing ilmunya,..
terimakasih...
sangat berguna sekali..
sangat membantu sekali
Berarti kambing kalau belom birahi di kawinkan tidak bunting ya....
Terima kasih bos ilmu nya...
untuk ukuran kandang kawin berkelompk 10:1 berapa kali berapa ya? mohon jawabannya ditunggu. terimakasih sebeklumnya :)
Posting Komentar